MARRIAGE: Hamil

Kali ini saya ingin berbagi kisah ketika masa penantian akan diberikannya amanah oleh Allah telah berakhir indah.

Sudah 3 bulan sejak pernikahan kami digelar belum juga ada tanda-tanda saya hamil. Saya dan suami memang tidak ingin adanya penundaan terhadap nikmat Allah ini. Anak merupakan amanah besar yang dipercayakan Allah kepada umatNya yang Dia kehendaki. InshaAllah rizki akan selalu datang dari arah yang tak disangka-sangka meskipun kondisi keuangan kami belum begitu settle. Apalagi dengan adanya anak, kami percaya bahwa segala kebutuhan akan dicukupkan oleh Allah.

Sudah banyak sanak keluarga dan sahabat yang saling bertanya apa saya sudah hamil. Jawaban saya cukup singkat mungkin dengan 'belum mbak/mas', atau 'nanti mungkin mbak/mas di waktu yang tepat inshaAllah', atau jawaban yang lebih diplomatis 'terlambat tapi hebat'. Jawaban apapun yang bersifat memuaskan penanya yang akan saya lontarkan. Terkadang ada juga beberapa kawan yang saling berkata bahwa hanya selang satu bulan pernikahan mereka langsung dikaruniai kehamilan sang istri. Saya jujur tidak ada masalah dengan kapan dan bagaimana saya akan dikaruniai kehamilan, yang terpenting bagi kami adalah amanah yang diberikan Allah adalah yang terbaik, nantinya akan menjadi insan yang berguna, sholeh sholeha dan dapat menjadi pembela agama Allah. Bantuan Allah lah yang akan menjadikan kami orang tua berkualitas dan dapat menjadikan anak-anak kami insan yang berguna bagi nusa bangsa, agama dan keluarga. Tak jarang juga keluarga dari suami saya kerap bertanya apa saya sudah hamil dan dengan santai suami saya juga menjawab dengan jawaban sekenanya. Kalau memang belum untuk apa berbohong.

Hingga pada suatu masa ada saat dimana saya yakin bahwa saya akan hamil. Saat itu saya berpikir mungkin penyebab saya belum hamil adalah stres. Karena jujur saya tidak terlalu suka dengan lingkungan Jakarta. Sebaik apapun lingkungan tempat saya tinggal tetap saja tidak menghilangkan kesan bising dan kotornya Jakarta. Bahkan saya selalu berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari lingkungan yang akan membuat anak-anak saya berkembang di lingkungan yang buruk. Jakarta memang modern dan metropolitan, sangat mudah untuk memperoleh apapun yang kita inginkan disana tapi bukan itu yang saya inginkan. Saya justru ingin berkarya di daerah. Di lingkungan tempat saya dibesarkan. Di dekat sungai yang jernih, sawah-sawah hijau dan pegunungan sejuk. Disitu pula lah saya ingin membesarkan anak saya. Setidaknya di usia tumbuh kembang mereka agar mengenal bumi Allah dalam keadaan sebaik-baiknya.

Akhirnya, saat libur lebaran 2015 kami pulang ke rumah Lumajang untuk merayakan lebaran pertama di tanah Indonesia bagi suami saya. Dia terlihat bahagia terlebih bagi saya sebagai seorang istri. InshaAllah keinginan saya untuk membuat suami saya tidak pernah merasakan kehilangan atas indahnya Lebaran telah berhasil walaupun suara hati hanya Allah yang tau. Saya merasakan kesenangan yang luar biasa kapanpun saya berada di rumah. Seperti tidak ada beban dipundak dan tidak perlu lagi kami memikirkan akan makan apa hari ini karena mama dan nenek saya adalah chef handal di keluarga kami yang rela menyediakan masakan kesukaan saya tanpa diminta. Selang 2 minggu kami berada di rumah saya merasa bahwa menstruasi saya sudah terlambat satu minggu tapi saya menganggap enteng karena terkadang pun menstruasi bersifat fluktuatif yang menyesuaikan hormon. Hingga akhirnya kami kembali ke Jakarta saya belum juga menstruasi padahal sudah satu minggu saya ngantor. Tak tahan, saya langsung memberitahu suami saya. Beliau berkata bahwa mungkin memang hormonal dan jika memang ingin cek tunggu hingga satu minggu dan saya pun mengiyakan. Satu minggu berlalu saya membeli tespack di dekat kontrakan yang disarankan oleh sang apoteker. Saya takut. Tapi juga penasaran. Suami saya pun tidak terlalu banyak bertanya dan menyuruh saya untuk segera cek. Meskipun saya tau, kecintaannya terhadap anak-anak membuatnya ingin juga segera memiliki anak. Hingga malam itu, sekitar pukul 3 dini hari saya ingin sekali buang hajat. Pikir saya, ah sekalian tes saja mumpung masih hajat pertama yang katanya paling akurat untuk segala check up. 5 detik saya terdiam di toilet dan dengan mata yang masih mengantuk lamat-lamat saya perhatikan bahwa memang ada dua garis yang tergambar di tespack yang saya pegang. Saya masih belum bisa senang karena belum percaya. Sampai akhirnya saya keluar toilet dan menarik nafas panjang dan berseru dalam hati Allahuakbar. 
yayy... alhamdulillah.. I'm pregnant!
Saya masih mengantuk tapi segera saya bangunkan suami saya. Tidak tega tapi saya sudah tidak sabar memberitahu kabar gembira ini. Saya bangunkan beliau dan menunjukkan stick kecil dan tipis di tangan saya. Ekspresi yang sama. Beliau terdiam, mengusap mata lalu kemudian tak henti-hentinya mengucap syukur. Pelukan hangatnya pun mendarat di badan saya dan komat-kamit mengucap hamdallah bersama.



Comments

Popular posts from this blog

THINGS TO DO IN JAPAN #8-Hanami (Sakura party)

KABUL, AFGHANISTAN: Pemandangan kota

Rock Festival of Agriculture in Tsuruoka, 29 September 2013