Wawancara Radio PPI Jepang

Seperti biasa hari ini akan ada siaran radio rutin PPI Jepang. Topik yang akan dibahas kali ini cukup unik dan melibatkan kisah hidupku, yaitu "Ketika Mama Sekolah". Entah kenapa dari sekian banyak topik dan tema menarik yang menggambarkan "Ganbaru" atau "Semangat Kehidupan", topik yang pada akhirnya dipilih. Ya tentunya para tim radio PPI Jepang ini sudah mempertimbangkan banyak hal dan mungkin dirasa topik ini 'ngena' ke sebagian orang. Well, PPI Yamagata yang akan menampilkan kisahku malam ini semoga tidak kecewa apa yang mereka dapat akan sesuai sasaran. Berikut beberapa pertanyaan yang akan mereka ajukan padaku:
1. Bagaimana dukungan keluarga dan suami mengenai keberangkatan ke Jepang?
    Keluarga dan suami sangat mendukung keberangkatan saya ke Jepang. Apalagi rencana S2 sudah saya bicarakan dengan keluarga dan calon suami (saat itu) bahkan ketika beberapa bulan sebelum saya wisuda. Cuma memang rencana kehamilan tidak pernah dibicarakan dengan keluarga dan hanya internal antara saya dengan suami. Kami sih memang nggak mau menunda karena alasan edukasi. Bagi saya justru ini rejeki plus2, dapet beasiswa juga dapet baby (inshaAllah) juga jadi ya untuk apa ditunda.

2. Bagaimana mengatur rencana disesuaikan dengan kondisi kehamilan dengan aktivitas di laboratorium, karena pasti kalau kajian kehutanan akan sering ke hutan untuk mengambil sample penelitian?
   Alhamdulillah selama ini diberikan keleluasaan oleh sensei untuk memutuskan step hidup. Bahkan sejak tahun lalu sensei sudah tau bahwa aku akan menikah, mungkin juga beliau sudah berpikir akan ada moment kehamilan dll. Sensei saya adalah orang yang open-minded, ya dibandingkan dengan orang jepang lainnya beliau sedikit memiliki pemikiran yang lebih luas dan terbuka, walaupun tingkat disiplin dengan orang jepang lainnya adalah sama. Alhamdulillah sekali atas rahmat Allah bahwa saya ditempatkan di laboratorium dengan tipe sensei dan teman-teman lab yang humble dan suka menolong sehingga ketika teman-teman mengetahui kehamilan saya, mereka justru menganggap itu sesuatu hal yang luar biasa dan sebisa mungkin mereka melindungi saya. Pernah suatu saat saya merasa sangat kedinginan di lab karena saat itu saya baru ambil wudhu dan airnya sangat dingin, seketika salah satu teman lab saya memberikan selimut tebal untuk saya, subhanallah...

3. Apa hal terberat yang dirasakan setelah 2 bulan berada di Jepang selama masa kehamilan?
    Alhamdulillah karena sudah pernah berada di Tsuruoka setahun yang lalu, maka saya sudah bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim. Terutama dengan hujan dan angin yang sering menerpa. Sejauh ini kendala saya hanya Bahasa. Kebetulan dokter (Obsygen) saya kurang berbahasa Inggris meskipun saya yakin banyak istilah-istilah bahasa inggris yang sebenarnya dikuasai, walaupun begitu terkadang beliau memahami ketika saya mengucapkan satu-dua kata istilah yang berbahasa inggris. Selebihnya saya bersyukur :)

4. Rencana setelah melahirkan apakah sang buah hati akan dibawa ke Indonesia atau ada pihak keluarga yang akan mendampingi atau memanfaatkan jasa perlindungan anak di Jepang?
    Rencana A saya dengan suami adalah membawa suami ke Jepang sehingga beliau bisa membantu saya mengurus anak karena menurut kami sudah cukup merepotkan orang tua dengan bertahun-tahun mengurus kita dan kasihan jika harus dibebani dengan mengurus cucu, walaupun saya yakin mereka kana sangat dengan senang hati menolong. Tapi memisahkan diri dengan anak, itu bukan suatu yang baik dan bukan idaman saya untuk membesarkan anak dengan cara demikian.
Namun jikalau ada sesuatu hal (naudzubillah) yang mengharuskan kami memilih opsi yang lain, maka mungkin memang sebaiknya anak saya dititipkan ke orang tua dengan catatan ASI harus tetap jalan.

Kira-kira jawaban itu yang saya utarakan di Radio Jepang kemarin. Cukup singkat memang tapi semoga bisa menginspirasi

Comments

Popular posts from this blog

THINGS TO DO IN JAPAN #8-Hanami (Sakura party)

KABUL, AFGHANISTAN: Pemandangan kota

Rock Festival of Agriculture in Tsuruoka, 29 September 2013