HIDUP DI JEPANG: Melahirkan

Pengetahuan saya tentang prosedur rumah sakit dalam menghadapi proses melahirkan di Indonesia memang sangat minim, tapi menurut saya prosedur melahirkan di Jepang patut diacungi jempol dan layak ditiru oleh sistem rumah sakit di Indonesia, baik itu pelayanan hingga prosedur pembayaran.
Alhamdulillah anak pertama saya, Fatimah Zahra Qambari, telah lahir pada Jumat 18 Maret 2016 dalam kondisi normal dengan proses operasi sesar di Rumah Sakit Shonai, Tsuruoka, Yamagata prefecture, Jepang. Karena Zahra adalah anak pertama maka pengetahuan saya tentang melahirkan dan segala prosesnya hanya saya tau dari cerita Mama saya dan beberapa orang teman. Ditambah dengan proses melahirkan yang saya alami tidak di Indonesia membuat saya harus lebih banyak membaca dan tanya kanan-kiri. Terlebih karena kemampuan bahasa Jepang saya tidak terlalu bagus sehingga menambah daftar panjang tantangan-tantangan yang harus saya lewati selama melahirkan disini. Berikut beberapa hal yang saya alami saat proses melahirkan di Jepang dan bisa menjadi pengetahuan bagi ibu-ibu yang akan melahirkan di Jepang:
1. Diskusi dengan Obsgyn
Meskipun bahasa Jepang saya sangat minim, tapi sebisa mungkin saya berusaha untuk berkomunikasi dengan obsgyn saya terkait banyak hal selain berkaitan dengan kondisi janin yang wajib diketahui menjelang persalinan, termasuk posisi kepala bagaimana. Selain itu, perlu didiskusikan juga terkait aturan mengenakan hijab. Karena saya berhijab, maka saya terkankan sejak awal bahwa saya tidak akan melepas hijab saya dalam kondisi apapun kecuali itu darurat dan menyulitkan proses persalinan.

2. Rajin menghadiri seminar rumah sakit
Rumah sakit selalu menyediakan hari-hari khusus bagi para ibu hamil tentang banyak hal, seperti pentingnya ASI dan kolostrum, cara memijat payudara dan makanan yang dianjurkan selama produksi awal ASI. Selain itu, ada pengantar khusus tentang letak ruangan menginap saat melahirkan nanti, ruangan melahirkan, ruang operasi, kamar mandi, alat-alat selama persalinan dll. Saya anjurkan untuk mengikuti kelas ini dan bisa mengajak kawan nihon jin jika kesulitan berkomunikasi.

3. Sediakan 2 tas khusus
Tas pertama berisi tentang keperluan bayi setelah melahirkan yang terdiri dari baju bayi, popok, tissue basah, tissue kering, sapu tangan, selimut dan handuk.
Tas kedua berisi tentang keperluan ibu selama melahirkan dan berada di rumah sakit yang terdiri dari pembalut melahirkan ukuran panjang dan kecil, baju ganti (jika tidak ingin menyewa pijama dari rumah sakit), peralatan mandi dan perlengkapan pribadi.
Kedua tas ini harus disajikan terpisah agar memudahkan suster untuk mengambil perlengkapan ibu dan bayi. Kedua tas ini juga harus sudah siap sejak 8 bulan usia kehamilan.

4. Taksi
Memiliki daftar nomor telpon taksi sangat saya anjurkan. Seperti kasus yang saya alami, ketika ketuban saya pecah dan saya harus segera ke rumah sakit, nomor telepon taksi yang saya miliki tidak bisa dihubungi. Karenanya, penting untuk memiliki lebih dari 2 nomor taksi.

5. Prosedur melahirkan
Di Jepang, prosedur melahirkan diharuskan secara normal jika tidak ada gangguan atau pengecualian khusus. Saya pun demikian. Meskipun badan saya kecil dan nampaknya pinggul saya juga kecil, dokter meminta saya untuk melahirkan normal, bagaimanapun rasa sakitnya. Saya pun mengiyakan karena saya juga ingin melahirkan normal. Operasi sesar hanya dilakukan bagi mereka yang selama proses normal tidak berhasil (walaupun sudah bukaan 10cm) dan bagi mereka yang sejak awal sudah mengalami beberapa penyakit dan kasus khusus lainnya. Sementara untuk pemicu melahirkan normal, prosedurnya mirip seperti di Indonesia. Pil induksi secara bertahap (4 kali) akan diberikan lalu induksi infus jika tidak segera ada bukaan.

6. Biaya melahirkan
Tidak perlu kawatir bagi ibu-ibu pemegang asuransi. Semua biaya ditanggung oleh negara. Bagi persalinan normal, biaya tambahan hanya dibebankan selama menginap di rumah sakit, termasuk biaya kamar dan keperluan pribadi. Jadi tergantung pemilihan kamar. Sementara untuk persalinan sesar, biaya persalinan justru lebih murah dan jatah asuransi akan dikembalikan pada yang bersangkutan sekitar 52.000 yen.

7. Jam berkunjung 
Keluarga hanya diperbolehkan datang berkunjung pada jam 13.00-20.00, selebihnya ibu dan bayi akan dirawat khusus dengan bantuan perawat yang sangat baik hati dan ramah. Teman juga boleh berkunjung di jam itu saja. Peraturan ini berlaku untuk mereka yang menyewa kamar untuk 3 orang, seperti kasus saya karena biayanya lebih murah.

8. Kondisi kamar
Tidak perlu mengalami baby blue atau stres. Kondisi kamar untuk 3 orang pun sangatlah nyaman dan jauh dari kesan kotor. Saya pribadi menikmati selama tinggal di rumah sakit karena tetangga saya sangat ramah dan baik hati. Selain itu fasilitas juga cukup memadai seperti TV berbayar dan kamar mandi yang bersih.
Bed

Shower room

Toilet

TV berbayar
9. Pengecekan dokter
Selama dirawat di rumah sakit, ibu dan anak akan terus dipantau kondisinya oleh dokter. Secara bergantian dokter ibu dan anak akan datang berkunjung dan berdiskusi dengan ibu. Saya sendiri cukup menikmati proses ini karena merupakan kesempatan emas bagi saya untuk menanyakan berbagai macam pertanyaan. Dokternya pun sangat bijaksana dan baik hati.

10. Zahra
Taraaaaa... inilah Fatimah Zahra Qambari yang lahir pada 18 Maret 2016 pukul 13.26, dengan berat 2,760 gram dan panjang 52 cm.

Kini Zahra sudah berusia 1 tahun dan mulai belajar berjalan. Mohon doanya agar menjadi anak yang sholeha dan senantiasa memberi manfaat, aamiin :)




Comments

Popular posts from this blog

THINGS TO DO IN JAPAN #8-Hanami (Sakura party)

KABUL, AFGHANISTAN: Pemandangan kota

Rock Festival of Agriculture in Tsuruoka, 29 September 2013