Pertemuan dengan suami


Pertama kali kami berjumpa di India tahun 2012. Kala itu kami masih menjadi mahasiswa, saya di UGM Jogja dan suami saya di Osmania University, Hyderabad, India. Saya kebetulan sedang menjalankan tugas sebagai delegasi mahasiwa dari Indonesia untuk menghadiri sidang konferensi PBB di bidang keragaman hayati yang kala itu diselenggarakan di Hyderabad.

Cukup panjang perjalanan kami sampai akhirnya bisa bertemu dan menjalin hubungan. Singkatnya, sebagai mahasiswa yang pergi ke luar negeri dengan biaya pas-pasan, saya dan ketiga teman saya saat itu mencari cara bagaimana agar uang saku yang kami punya cukup untuk 3 minggu di India, termasuk biaya akomodasi, makan dan transportasi. Setelah melalui proses hitung-hitungan yang rumit dan dengan diskusi yang cukup panjang, akhirnya kami mengetahui fakta bahwa gabungan dari uang saku kami hanya cukup untuk satu minggu tinggal di hotel, namun bisa digunakan lebih dari jangka waktu itu jika kami tidak tinggal di hotel kami sekarang, karena harganya cukup mahal. Salah satu kawan kami yang juga berpartisipasi dan cukup berpengalaman dalam mengatur keuangan terutama ketika melancong ke luar negeri muncul dengan ide jitu yang selalu ia gunakan ketika ia melancong ke luar negeri dengan biaya minim, yaitu menghubungi KBRI atau PPI setempat. Untuk menghubungi KBRI tidak mungkin kala itu karena KBRI terdekat ada di Mumbai dan sangat jauh dari Hyderabad, maka kita ambil opsi kedua, yaitu menghubungi PPI Hyderabad dengan maksud minta tebengan 2 minggu. 

Alhamdulillah email kami dijawab. Bang Santo mengiyakan untuk mau menerima kami di rumahnya selama waktu yang kami perlukan. Tak perlu pikir panjang kami pun segera mengiyakan. Namun, lokasi rumah bang Santo dengan venue konferensi cukup jauh, perlu ditempuh dengan kereta lokal dan lanjut dengan oto (bajaj). Setelah kami kalkulasi, biaya transportasi sangat murah, apalagi otto biasanya bisa ber-4. OK! kami pindah!

Bang Santo sudah hampir 3 tahun di Hyderabad. Beliau membawa istri dan anak laki-lakinya yang masih berusia 3 tahun, namanya Kiki. Tak lama, istrinya pun lanjut S3 seperti bang Santo. Dalam satu gedung tempat tinggal bang Santo, ternyata rata-rata dihuni oleh orang Indonesia. Dari 4 kamar, ada 3 kamar yang dihuni oleh orang Indonesia, maka kami pun diajak berkenalan. Saat itu ada mas Hasbi yang tinggal sekamar dengan mas Noprival, dan mas Umam yang tinggal dengan suami saya. Awalnya hanya perkenalan biasa yang sampai akirnya mengerucut pada suami saya yang mulai ada rasa pada saya waktu itu. Kami sampai diantar ke bandara, diaturkan segala hal untuk pulang dan banyak dibantu oleh suami saya saat itu. Akhirnya, selang 2 bulan saya pulang ke Indonesia, suami saya berniat untuk menikahi saya.

Saya tidak langsung mengiyakan lamaran itu, tapi memintanya untuk meminta izin langsung pada ayah saya. Ayah saya pun menyerahkan segalanya pada saya dengan menanyakan secara detail latar belakang pendidikan, agama dan keluarganya pada kawan-kawan PPI yang kala itu memang sangat dekat hubungannya dengan suami saya. Hubungan kami pun hanya sebatas video call jarak jauh selama dua tahun. Lalu setelah kami berdua lulus di tahun 2015, suami saya berniat datang ke Indonesia untuk bertemu keluarga besar saya.

Proses pengajuan visa cukup sulit karena Afghanistan adalah negara rawan yang banyak kasus imigran gelap datang ke Indonesia untuk kemudian mencari suaka di Australia. Ditengarai ingin melakukan hal yang sama, maka saya harus datang ke Jakarta untuk melakukan wawancara khusus dengan para petinggi imigrasi. Waktu itu saya masih sangat awam tentang keimigrasian dan saya dihadapkan pada 11 orang petinggi negara dari segala background dan menanyai saya tentang alasan dan latar belakang mengundang calon suami saya. Dengan bismillah dan latar belakang yang kuat, wawancara saya pun berhasil dan suami saya berhasil datang ke Indonesia.

Tak lama setelah tiba di Indonesia, kami melangsungkan pernikahan tanpa dihadiri perwakilan keluarga suami karena jumlah anggota keluarga yang sangat banyak dan proses pengajuan visa yang sulit. 

 

Comments

Popular posts from this blog

THINGS TO DO IN JAPAN #8-Hanami (Sakura party)

KABUL, AFGHANISTAN: Pemandangan kota

Rock Festival of Agriculture in Tsuruoka, 29 September 2013