Posts

KABUL, AFGHANISTAN: Kesan Pertama

Rasanya seperti kemarin. Masih jelas teringat obrolan dengan teman sejawat di sebuah sore yang hangat di musim panas Tsuruoka, Jepang. Musim panas adalah musim yang paling asik tapi paling sibuk. Musim yang paling tepat untuk bermain di halaman dan melanjutkan penelitian. Kala itu kami sedang bersama-sama di Jepang, menempuh program pertukaran pelajar selama satu tahun. Sore itu pekerjaan laboratorium kami sudah selesai, boleh lah bersantai sedikit di musim panas yang cukup hangat. Kami hanya mengobrol asik kesana kemari membicarakan masa kini dan masa depan, ada kalanya ngobrol serius tentang Islam dan perjuangan khalifah. Sampai pada satu titik dimana saya berkata pada kawan saya bahwa mimpi saya untuk berkunjung ke bumi Allah yang banyak diterpa perang dan musibah kian kuat ketika mendengar dan melihat berita Palestina tak henti-hentinya diserang oleh kaum Yahudi Israel. Saya tidak mentargetkan harus ke satu negara Islam konflik, tapi hanya saya tekankan bahwa sangat ingin saya ber

HIDUP DI JEPANG: rumah murah

Image
Bagi teman-teman yang berminat untuk tinggal di Jepang dengan segala tujuan, alhamdulillah ada info menarik yang ingin saya bagi terkait sewa rumah dan metodenya. Prinsipnya, menyewa rumah di Jepang sama dengan Indonesia, yaitu lewat agen dan metode pembayarannya pun melalui agen, walaupun unit rumah yang bersangkutan terkadang milik warga lokal yang sengaja disewakan. Kasus saya, saat ini saya juga menyewa rumah warga lokal melalui agen resmi. Rumah yang saya tempati memang murah jika melihat posisinya yang dekat dengan kampus saya, mall, rumah sakit dan beberapa pertokoan. Namun, rumah saya cukup tua dan kecil, lebih dingin saat winter dan lebih panas saat summer. Hal ini menjadi fokus saya karena saya tinggal di Tsuruoka, Yamagata prefecture, di sisi laut Jepang yang sarat akan angin dan badai serta cuaca buruk lainnya dibandingkan daerah di sisi laut Pasifik. Karena berbagai pertimbangan, akhirnya saya mencoba tanya-tanya ke city hall Tsuruoka apakah mereka menyediakan rumah mur

KABUL, AFGHANISTAN: Pemandangan kota

Image
Ternyata masih banyak orang yang menyamaratakan Kabul dengan Aleppo atau Kabul dengan Gaza. Seakan-akan tidak ada kehidupan disana. Seolah-olah internet, TV, radio dan telepon tidak bisa digunakan disana. Air, sumber makanan dan obat-obatan juga sulit didapat. Melalui blog ini, saya ingin katakan bahwa Kabul tidaklah demikian. Kabul, Afghanistan, masih seperti kota-kota pada umumnya. Masih ada kehidupan, masih ada transaksi perekonomian, masih banyak pesta pernikahan, masih ada internet, TV, radio dan telepon, masih ada kegiatan sekolah dan edukasi, masih juga ada kegiatan di rumah sakit dengan obat-obatan yang mudah di dapat. Kabul tidak seseram yang dibayangkan dan Kabul bukanlah kota mati. Hanya saja belum terlalu maju dan modern. Bahkan masih jauh dari kata berkembang. Tidak bisa kita bandingkan Kabul dengan Jakarta atau bahwa Surabaya. Masih sangat jauh dengan kota-kota di Indonesia, walaupun status Kabul sebagai ibukota negara. Di musim dingin, kota ini berubah menjadi sa

KABUL AFGHANISTAN: Budaya makan

Image
Satu dari sekian banyak budaya orang Afghanistan yang paling saya suka adalah budaya makan. Di Indonesia, terutama di desa, atau di kalangan rumah saya, makan pagi, siang dan malam rata-rata dilakukan sendiri-sendiri dan hanya di meja makan, bahkan kadang-kadang ada pula yang suka dibawa ke kamar, sambil nonton tv seperti adik saya. Budaya ini akan saya ubah ketika Zahra sudah cukup besar nantinya, bahwa makan harus bersama, dan tidak boleh melakukan kegiatan lain selain makan. Di Kabul, budaya ini sudah diterapkan. Ketika makan, semua orang, baik itu anak-anak atau orang dewasa harus berada di ruang makan dan ketika makan, tidak boleh melakukan kegiatan apapun selain sibuk makan. Biasanya, kaum perempuan akan menyiapkan makanan di dapur, termasuk yang masih remaja. Orang Afghanistan tidak meletakkan makanan di atas meja. Semua diletakkan di lantai dan mereka akan duduk melingkar mengitari makanan. Ketika makanan sudah siap, semua makanan akan dibawa ke ruang makan, dibantu oleh kaum

KABUL AFGHANISTAN: Kesan Pertama

Image
Masih sangat lekat teringat ketika pertama kali kami memutuskan untuk berkunjung dan bertemu keluarga di Afghanistan. Tanah kelahiran suami saya yang belum pernah saya injakkan kaki disana bahkan untuk sekedar bertemu keluarga besar. Selama dua tahun ini, saya hanya mendengar banyak cerita tentang Afghanistan, terutama Kabul, baik dari suami saya langsung, maupun dari internet. Kesan dan bayangan akan Kabul berdasarkan cerita suami adalah sebuah kota yang sangat religius, kental akan nuansa islam, kering dan gersang karena termasuk dalam tanah middle east, serta menyeramkan dan masih banyak senjata api dimiliki oleh beberapa orang secara ilegal. Belum lagi ditambah banyaknya kasus pemboman bunuh diri yang bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Dalam benak saya, lebih baik tidak pernah mengunjungi Kabul karena sangat berbahaya. Sejenak setelah pesawat kami landing di bandara Kabul, beberapa hal yang saya pikirkan ternyata salah. Kabul saya ibaratkan seperti kota yang berada dalam

NGASUH ANAK DI JEPANG Part 1 #PAUD

Banyak orang yang setuju bahwa presiden adalah salah satu orang yang paling sibuk dalam mengurus sebuah bangsa dan Negara. Saya pun sangat setuju dengan pemikiran tersebut. Bagaimana tidak. Segala ucapan, perbuatan, tindakan dan keputusan seorang presiden akan menentukan nasib rakyat. Tidak hanya untuk saat ini tapi juga untuk masa datang. Bentuk penerapan keputusan dan segala pertimbangan presiden juga akan sangat berpengaruh besar terhadap karakter bangsa. Akan dibuat seperti apa bangsa ini, presiden adalah ujung tombaknya. Analogi presiden sangat cocok disamakan dengan peran seorang ibu dalam sebuah keluarga. Bahkan ada pula ungkapan bahwa ibu adalah jiwa sebuah keluarga. Jika jiwa itu sehat, aktif dan selalu gembira, maka badan pun akan mengikuti. Sama hal nya dengan sebuah keluarga, jika peran ibu sangat optimal, dipegang oleh sosok yang cerdas, religious, pekerja keras, pantang menyerah dan selalu bahagia, maka anggota keluarga lain pun akan mengikuti. Saya sangat meras

HIDUP DI JEPANG: Melahirkan

Image
Pengetahuan saya tentang prosedur rumah sakit dalam menghadapi proses melahirkan di Indonesia memang sangat minim, tapi menurut saya prosedur melahirkan di Jepang patut diacungi jempol dan layak ditiru oleh sistem rumah sakit di Indonesia, baik itu pelayanan hingga prosedur pembayaran. Alhamdulillah anak pertama saya, Fatimah Zahra Qambari, telah lahir pada Jumat 18 Maret 2016 dalam kondisi normal dengan proses operasi sesar di Rumah Sakit Shonai, Tsuruoka, Yamagata prefecture, Jepang. Karena Zahra adalah anak pertama maka pengetahuan saya tentang melahirkan dan segala prosesnya hanya saya tau dari cerita Mama saya dan beberapa orang teman. Ditambah dengan proses melahirkan yang saya alami tidak di Indonesia membuat saya harus lebih banyak membaca dan tanya kanan-kiri. Terlebih karena kemampuan bahasa Jepang saya tidak terlalu bagus sehingga menambah daftar panjang tantangan-tantangan yang harus saya lewati selama melahirkan disini. Berikut beberapa hal yang saya alami saat proses me